Obrolan Kosong

Selasa, 06 Juli 2010 00.28 Diposting oleh Kholid Abrori Ahda
Baru malem ini gue keluar rumah hanya untuk ngobrol dengan tetangga sampai jam 10 malem. Ternyata banyak cerita tragis yang selalu mereka cover dengan rasa syukur selama ini. Sebuah keikhlasan hati yang udah jarang gue temuin.
Walaupun gue yang paling muda karena yang lainnya itu bapak-bapak , gue tetep ngerasa seolah gak ada jurang pemisah ketika obrolan menjelajah mulai dari bola, rumah, puasa, sampai pengalaman lucu lainnya.

Di, salah satu tetangga gue bilang, 'Rumah gua mah bukannya gak mau make lampu yang terang, tapi karena takut keliatan bolong-bolongnya.'
Dia lagi membicarakan rumah geribik yang sekarang dia huni bersama istri dan kedua anaknya. Gue cuma bisa ketawa sambil membayangkan dinginnya rumah itu kalo musim hujan.
'Apalagi rumah itu udah miring karena gempa empat tahun lalu,' Di menambahkan. Gue semakin gak kebayang dag-dig-dug tidur dirumah seperti itu.
'Tapi ya inilah yang gua punya, yang penting bisa tidur,' ia mengatakannya dengan raut wajah penuh syukur.


Kemudian obrolan terus bergulir, hingga ada perdebatan diantara mereka yang dipicu perkataan Pak Hadi (gue gak tau namanya, jadi asal sebut aja)

'Temen gua beli BB cuma satu juta lho.'
'Itu mah BB cina!' bantah Di.
'Tapi tulisannya BlackBerry kok! dan kata temen gua yang beli, itu BB asli.'
'BB itu nokia kan?' tanya Di dengan polosnya.

Berhubung gue agak lebih ngerti walaupun gak punya, gue sedikit ngasih penjelasan bahwa BB tiruan itu udah kayak jamur dimusim hujan. BANYAK ! BlackBerry dan Nokia itu beda banget, karena itu merk seperti Samsung, Nokia, Sony dan ada juga BlackBerry. Mungkin orang-orang ini adalah segelintir insan tuhan yang berbahagia dengan tidak mengetahui perkebangan zaman yang sebenernya penting gak penting menurut gue.

Berangkat dari ketidaktahuan bapak-bapak separuh baya ini tentang apa itu blackberry gue jadi berfikir, mereka yang bekerja mencari uang siang malam semua lebih mementingkan makan dan pendidikan bagi anak-anaknya dibanding kebahagiaan mereka sendiri. Ini sangat timpang jika dibandingkan dengan kehidupan remaja Indonesia belakangan ini. Temen-temen gue banyak tuh yang punya BB, mulai dari yang tarif bulanannya 55 ribu sampai dengan 110 ribu ada. Memangnya penghasilan mereka perbulan berapa? Udah ada penghasilan kah? Atau mereka terlena dengan harta orang tua? Sungguh ironis keadaan ini.

Semua terdiam. Entah sedang berfikir atau kebingungan atau berfikir untuk mengganti topik pembicaraan. Singkat cerita, obrolan kembali bersemangat ketika membahas Ramadhan. Sepertinya bapak-bapak ini tidak sungkan untuk membuat pengakuan dosa selama Ramadhan yang lalu-lalu.

'Semenjak gua menikah, puasa 5 tahun ini full terus! tapi waktu bujang paling cuma 10 hari awal aja.' HAHAHAHA dengan pedenya Pak Hadi menertawai kelakuannya sendiri.

Di ikut berbagi, 'Kalau puasa sih gua kuat, tapi tarawihnya itu lho! baru 11 raka'at aja udah ngantuk! pulang deh, besoknya gak shalat lagi karena pasti gak kuat.' HAHAHAHA dia tertawa dengan ekspresi wajah penuh bangga.

Gue seneng bisa dapet kesempatan untuk belajar lebih menghargai hidup kayak gini. Bahwa gue itu gak bisa selamanya hidup dibawah harta orang tua gue. Gue harus belajar untuk memahami betapa menyesalnya mereka jika mereka teringat masa sekolah yang tidak mereka manfaatkan. Atau mungkin lebih parah lagi, orang tua mereka tidak sanggup membiayai pendidikan bapak-bapak ini puluhan tahun yang lalu.
Hidup memang pilihan. Sekali kita salah memilih, selamanya kita berada dalam kesesatan.

Percakapan ini pun berakhir karena Pak Hadi lupa menghidupkan obat nyamuk di rumahnya. Di pun menyusul pulang karena hari memang sudah malam. Gue? ya gue balik juga! Emak gue udah teriak-teriak dari tadi nyuruh gue pulang. HAHAHA

2 Response to "Obrolan Kosong"

  1. Unknown Says:

    hai ahda. . .
    gue ria, f, 18, balam.
    hahaha.

    MUNGKIN sebagian orang yang sepintas baca akan nganggep cerita obrolan ini bakal biasa aja. tapi begitu dibaca detil, banyak pelajaran dlm tulisan ini.
    gue juga jadi terpikir apakah selama ini sudah bersyukur.

    i like it. good job. haha. *riantimodeon*

  2. Kholid Abrori Ahda Says:

    gue juga gak pinter mengambil pelajaran dari kisah yg terjadi ama gue. tapi itulah yg gue bisa sampein. sebatas pemikiran anak labil yg baru lulus sma :D

Posting Komentar