Sulit Mengakuinya

Minggu, 04 Juli 2010 00.32 Diposting oleh Kholid Abrori Ahda
Akbar, begitu gue memanggilnya. Dia masih duduk di bangku sekolah dasar dan naik ke kelas 4 tahun ini. Bocah ternakal dan terbrutal yang pernah gue kenal. Gue pernah nginep di rumahnya selama dua minggu dan itu serasa minggu penyiksaan bagi gue. Sebagai contoh, waktu itu nyokapnya Akbar beli Yuppi untuk dia dan Milo cereal untuk gue. Yuppi itu isinya sekitar 20 biji.
'Bar, bagi dong kan punya banyak?' pinta gue ketika dia lagi asik makan.
Mungkin cara dan waktu yang gue pake gak tepat, dia malah melototin gue.

Gak lama semua permennya udah abis tanpa ada yg dicicipin ke gue. Oke, ini masih fair, emang bukan jatah gue. Tapi tiba-tiba Milo cereal gue dibuka sama dia. Setelah dilihat isinya dan ternyata dia gak suka, dilemparnya bungkus Milo itu ke arah gue sambil bilang, 'Tuh ambil!'

SUNGGUH TRAGIS !!! gue diperlakukan layaknya TKI yang dianiaya majikannya. Gue berusaha menahan amarah.

Beberapa menit kemudian.

'Ini susu Ultra siapa?' teriak dia dari dapur.

'Punya Abang, jangan diminum!' jawab gue.

Tiba-tiba dia udah megang susu kotak gue sambil nyedot dengan wajah tidak berdosa. Ya, susu gue diminum. Lebih parahnya lagi, susu itu dikasihin lagi ke gue dengan alasan "Cuma mau nyicip aja, enak apa enggak."

Rasanya pingin gue iket itu anak pake tali jemuran, terus gue gelindingin ke got biar aman makanan gue dari segala bentuk penjajahan ini.

Ternyata gak cuma gue yang tersiksa (mencoba mencari kawan). Dia melihara ayam ras warna putih di samping rumahnya. Gue kasian banget dengan ayam itu. Suatu ketika sekitar jam 5 sore dia lagi maen bola sendirian di depan rumah sendirian karena gue gak mau nemenin maen dan kemungkinan temennya juga gak ada yang mau ngawanin. Alhasil dia cuma nendangin bola ke tembok. Tiba-tiba dia masukin ayamnya ke dalem kandang, gue kira mau di masukin karena udah sore. Tapi anehnya pintu kandang dibiarkan terbuka. Dari jarak sekitar satu setengah meter, dia udah masang ancang-ancang untuk nendang bola ke arah kandang ayam. Nah, pas kepala ayam itu nongol dari pintu kandang, dia langsung nendang bola kayak orang lagi adu pinalti.

KEOK...KEOK...KEOK...
Suara ayam yang baru aja nyundul tendangan anak idiot.
Sangat tidak berprikehewanan.

Itu adalah beberapa tindak kriminal kecil yang dia lakukan selama gue ada di rumahnya. Tapi sialnya, dia baru aja resmi pindah ke Lampung. Lebih parahnya lagi dia tinggal serumah dengan gue. Siapa dia ko bisa tinggal di rumah gue? Dia adalah sepupu gue. Sangat berat untuk mengakuinya.

PESAN : Kalau dalam waktu sebulan, gue ditemukan terkapar di pinggir jalan dengan luka mengenaskan, dia lah yang harus segera kalian cari.

0 Response to "Sulit Mengakuinya"

Posting Komentar