Banyak dari temen gue yang sama-sama baru lulus SMA punya berbagai cara yang menurut gue "asik" dalam menentukan pilihannya pada pemilu-kada kali ini.
Salah satu temen gue bilang, "Gue milih yang nanti malem ngasih gue duit." Ternyata dia masih mengharapkan Money Politik.
Gue juga sempat bingung dalam menentukan pilihan. Jadilah gue berkonsultasi ke bokap gue :
'Pa, besok aku milih siapa ya?'
'Kalo slogannya itu kan "pilihlah sesuai hati nurani", ya kamu pilih aja sesuai hati nurani, punya hati nurani gak?'
Diam seketika dan gak gue gak nerusin konsultasi.
Setelah itu gue mencoba nyari pendapat dari temen gue yang asli orang Lampung, dengan harapan dia lebih punya alasan dalam memilih :
'Eh lu nyoblos gak besok ?'
'Gak tau gue juga'
'Dapet kartu pemilih apa gak?'
'Gak tau gue juga'
'Tapi udah ada calon yang akan di pilih besok?'
'Bingung gue juga'
'Terus besok jadinya milih siapa?'
'Gak tau juga'
Akhirnya gue berhenti nanya ke temen gue yang serba gak tau ini. Jangan tanya kenapa.
Kembali lagi, ini saran dari temen gue, " Di koran itu banyak fotonya, besok lo coblos yang mukanya lo inget." Oke, gue udah hapalin mukanya semalem dan berharap gak lupa saat memilih.
Mungkin orang-orang ini sudah bosan mendengarkan janji politik, sehingga mencari alasan alternatif yang kurang rasional dalam memilih. "Saya anti korupsi ! Saya anti korupsi ! Saya nanti korupsi !" begitulah semua calon mengucapkan janji yang monotone. Coba buat janji politik yang lebih berani, "Jika saya terpilih, saya turunkan harga Es Dawet." mungkin anda yang akan terpilih (ya gak lah!?)
Menurut gue, memilih seorang pemimpin itu seharusnya lebih kepada Visi Misi, background pendidikan, integritas, dan performa politiknya.
Semoga yang terpilih sebagai walikota Bandar Lampung nanti bukan mereka yang ngasih duit di malam hari, atau yang wajahnya mudah dihafal apalagi yang hendak menurunkan harga es dawet. Gue rasa ada yang salah dalam sosialisasi parpol atau anak mudanya yang salah?
Tapi untungnya gue gak menggunakan pilihan bantuan phone a friend saat memilih tadi.
Salah satu temen gue bilang, "Gue milih yang nanti malem ngasih gue duit." Ternyata dia masih mengharapkan Money Politik.
Gue juga sempat bingung dalam menentukan pilihan. Jadilah gue berkonsultasi ke bokap gue :
'Pa, besok aku milih siapa ya?'
'Kalo slogannya itu kan "pilihlah sesuai hati nurani", ya kamu pilih aja sesuai hati nurani, punya hati nurani gak?'
Diam seketika dan gak gue gak nerusin konsultasi.
Setelah itu gue mencoba nyari pendapat dari temen gue yang asli orang Lampung, dengan harapan dia lebih punya alasan dalam memilih :
'Eh lu nyoblos gak besok ?'
'Gak tau gue juga'
'Dapet kartu pemilih apa gak?'
'Gak tau gue juga'
'Tapi udah ada calon yang akan di pilih besok?'
'Bingung gue juga'
'Terus besok jadinya milih siapa?'
'Gak tau juga'
Akhirnya gue berhenti nanya ke temen gue yang serba gak tau ini. Jangan tanya kenapa.
Kembali lagi, ini saran dari temen gue, " Di koran itu banyak fotonya, besok lo coblos yang mukanya lo inget." Oke, gue udah hapalin mukanya semalem dan berharap gak lupa saat memilih.
Mungkin orang-orang ini sudah bosan mendengarkan janji politik, sehingga mencari alasan alternatif yang kurang rasional dalam memilih. "Saya anti korupsi ! Saya anti korupsi ! Saya nanti korupsi !" begitulah semua calon mengucapkan janji yang monotone. Coba buat janji politik yang lebih berani, "Jika saya terpilih, saya turunkan harga Es Dawet." mungkin anda yang akan terpilih (ya gak lah!?)
Menurut gue, memilih seorang pemimpin itu seharusnya lebih kepada Visi Misi, background pendidikan, integritas, dan performa politiknya.
Semoga yang terpilih sebagai walikota Bandar Lampung nanti bukan mereka yang ngasih duit di malam hari, atau yang wajahnya mudah dihafal apalagi yang hendak menurunkan harga es dawet. Gue rasa ada yang salah dalam sosialisasi parpol atau anak mudanya yang salah?
Tapi untungnya gue gak menggunakan pilihan bantuan phone a friend saat memilih tadi.
Posting Komentar