Aku benci untuk harus memikirkan dirimu yang jauh disana, dan apakah kamu juga mikirin aku.
Aku benci untuk mengartikan segala isyarat hati ini ketika aku kangen kamu.
Aku benci ketika kamu menyandarkan kepalamu di bahuku, seketika tiga malaikat cinta berputar di atas kepalaku.
Aku benci ketika ada wanita yang lebih cantik dari kamu dan otakku berlogika, "Sial, coba gue gak punya pacar." , namun segera termentahkan ketika hatiku bersuara, "Buktikan kesetiaanmu."
Aku benci ketika ada pesan dari kamu dan aku bingung menjawabnya, ketik, hapus, ketik, hapus, demi membuat kalimat sesempurna mungkin.
Aku benci untuk memikirkan kalimat yang bisa membuat kamu tersenyum dan berharap dapat mencuri hatimu.
Aku benci ketika kamu terlalu perhatian dengan aku, tapi aku gak bisa sedikitpun membalasnya, beruntungnya aku, gak pernah nuntut aku ke pengadilan.
Aku benci untuk menunggu balasan sms dari kamu, dan ketika ada sms darimu, aku segera bersandar di dinding sambil otakku berfikir untuk menjawabnya, mungkin aku terlalu percaya diri sehingga pertanyaan yang biasa darimu aku artikan secara berlebihan.
Aku benci ketika kamu mengucapkan selamat tidur kepadaku. Sebenarnya aku berharap tidak ada malam diwaktu itu atau sekedar malam yg pendek sebagai jeda untukku kembali merasakan yang namanya rindu.
Aku benci ketika kita ketemu dan aku cuma bisa senyum-senyum melihat kamu, tanpa berani mengeluarkan kata-kata.
Andai segenap kebencian ini suatu saat menghilang, mungkin aku akan sangat kehilangannya.
Aku benci untuk mengartikan segala isyarat hati ini ketika aku kangen kamu.
Aku benci ketika kamu menyandarkan kepalamu di bahuku, seketika tiga malaikat cinta berputar di atas kepalaku.
Aku benci ketika ada wanita yang lebih cantik dari kamu dan otakku berlogika, "Sial, coba gue gak punya pacar." , namun segera termentahkan ketika hatiku bersuara, "Buktikan kesetiaanmu."
Aku benci ketika ada pesan dari kamu dan aku bingung menjawabnya, ketik, hapus, ketik, hapus, demi membuat kalimat sesempurna mungkin.
Aku benci untuk memikirkan kalimat yang bisa membuat kamu tersenyum dan berharap dapat mencuri hatimu.
Aku benci ketika kamu terlalu perhatian dengan aku, tapi aku gak bisa sedikitpun membalasnya, beruntungnya aku, gak pernah nuntut aku ke pengadilan.
Aku benci untuk menunggu balasan sms dari kamu, dan ketika ada sms darimu, aku segera bersandar di dinding sambil otakku berfikir untuk menjawabnya, mungkin aku terlalu percaya diri sehingga pertanyaan yang biasa darimu aku artikan secara berlebihan.
Aku benci ketika kamu mengucapkan selamat tidur kepadaku. Sebenarnya aku berharap tidak ada malam diwaktu itu atau sekedar malam yg pendek sebagai jeda untukku kembali merasakan yang namanya rindu.
Aku benci ketika kita ketemu dan aku cuma bisa senyum-senyum melihat kamu, tanpa berani mengeluarkan kata-kata.
Andai segenap kebencian ini suatu saat menghilang, mungkin aku akan sangat kehilangannya.